Wednesday, January 22, 2014

Ah, Kamu


Waktu. Seperempat tahun. Tiga bulan. Bagi saya, tidak begitu lama tapi tidak juga begitu cepat. Karena saya benar-benar menikmatinya. Dan, berhasil.

Sudah tiga bulan ini kami tidur di kasur yang sama, berbagi selimut dan kadang berbagi dengkur. Jika bukan cinta, entah apa namanya ini. Tiap pagi, melihat dia masih tertidur pulas seperti anak kecil, entah dia merasa atau tidak, kadang kuciumi keningnya, bersyukur pada Tuhan, telah mengirimkanku seorang manusia dalam paket komplit. Teman, sahabat, guru les, musuh, kakak, kekasih dan banyak dalam wujud lain. Ah, Kamu.

Seberapa sering saya mengomel karena piring, karena baju, karena hal kecil lainnya, dia hanya tersenyum. Sabar sekali. Ah, kamu.

Ingatkah kamu, ada cita-cita kita yang jadi kenyataan? Dulu. Kita pernah bercita-cita. Dulu. Tiap sore. Settingnya berada di sofa hitam merah yang ada di ruang tengah. Sementara kubuatkan kopi, kamu asyik memilih buku di rak kecil kita, masing-masing satu, kamu pilihkan untukku. Lalu, kita akan duduk di sofa, sibuk dengan buku kita masing-masing. Aku akan duduk di ujung sofa, dan kepalamu dipangkuanku. Sesekali kuacak-acak rambutmu dengan gemas. Sambil, aku bertanya hal-hal yang kadang mungkin bagimu tidak penting seperti : “Apa ketika kita minum jantung kita dialiri air?” , “Kenapa Ibu Presiden kita segitunya?” , “Kenapa..”, dan banyak kenapa yang lain. Dan kamu akan menjawabnya dengan sabar. Ah, kamu.

Kadang aku tidak bisa menangani mood swing-ku sendiri. Tapi, dengan semua kekuatanmu, kamu selalu bisa membuatku tersenyum ketika aku marah-marah, bisa membuatku tertawa ketika aku tiba-tiba merengut. Kadang aku berpikir, kamu benar memantraiku. Ah, kamu.

Sayang, maafkan aku jika aku belum bisa membuatkan kopi yang pas untukmu. Kopi yang bisa pas pahitnya, bisa pas manisnya. Setidaknya aku terus mencoba, iya kan? Karena ketika kutanya :”Kurang pahit atau kemanisan?” Kamu akan selalu tersenyum dan mengangguk. Ah, kamu.




No comments:

Post a Comment