ada sesuatu dimeja,
untukmu, Nduk
katamu
sumringah mukaku, kuciumi
rinai gerimis yang ini, kita duduk bersebelahan di suatu kursi dimensi yang membawaku menjelajah ke suatu dunia fantasi,
aku membaca gerak bibirmu yang sesekali menggigil karena dinginnya hujan, menyimak dan berpetualang dengan imajiku sendiri,
bagai seorang anak kecil yang menggelendot manja dipelukan ibunya yang bercerita dongeng sebelum tidur,
membayangkan,
merangkai kata demi kata,
membuatnya seperti film yang diputar di kepalaku,
menyenangkan
kamu mungkin bahkan tak menyadari
bahwa aku masih merekam dengan rapi, kalimat-kalimat yang terlontar dari bibirmu,
bahkan tertawamu yang bergaung berkali-kali di sela angin yang meniup ujung jilbabku hingga membuatnya seakan menari,
sehabis membaca halaman tujuh puluh satu,
aku hanya tersenyum simpul, mengingat cerita yang tergurat saat goresan pensilmu merangkainya menjadi sebuah mantra yang membuatku selalu tersihir karenanya
malam ini,
biarlah hujan membasahi jejak-jejak yang mengantar kita pulang setelah makan malam,
besok pagi,
akan kubangunkan kamu, sebelum mentari mengucap salam
teruntuk : pembawa pesan dari langit
No comments:
Post a Comment