Kamu bilang tak apa,
ketika kemarin kamu melihatku berjalan mengendap-endap nekat menaiki anak tangga teratas, berjingkat-jingkat, berjinjit dengan satu kaki terangkat dan mengayunkan tanganku meraih langit yang berhimpitan dengan awan abu-abu
Kamu bilang tak apa,
ketika kemarin kamu tahu sebenarnya aku juga memakai baju hangat hijaumu yang bersaku besar, dan berharap nantinya cukup untuk membawa hasil curianku : berkas-berkas sinar jingga mentari senja yang besok baru dibagikan Tuhan,
Kamu bilang tak apa
Ketika kemarin kusampaikan niatanku bahwa ingin kutaburkan hasil curianku di langit tepat di atas rumah kita di penghujung sore itu, dengan harapan : larut malam, janganlah cepat datang!
Kamu bilang tak apa,
ketika kemarin aku sesenggukan kecewa mengetahui bahwa sebenarnya aku tak mungkin bisa mencurinya, dengan cara apapun. Kan?
Kamu pun bilang tak apa,
Karena kamu juga akan selalu ada di malam-malamku
Dan buktinya, toh tadi malam aku bisa tidur pulas seperti bayi dan bangun pagi dengan senyum seperti ini
Oiya, kamu juga bilang : tak usah khawatirkan waktu
Tak apa
No comments:
Post a Comment